
Jumlah Pembaca : 452
Ruqyah Bukan Kesurupan
Jracilacap.com , Ruqyah bukan kesurupan. jika kita melihat di TV atau Medsos bahwa ketika di ruqyah “Sering kesurupan” maka itu adalah kesalahan para da’inya dalam penyampaikan dakwah “Alqur’an adalah syifa’”. Sehingga karena ” Cara Dakwah yg salah” menjadikan Masyarakat enggan dan ketakutan untuk berobat dengan Alqur’an. Sekali lagi menyampaikan ini adalah kesalahan Roqi (peruqyah) nya, terkadang ia bangga ketika ia menangani orang kesurupan seakan akan berkelahi dengan jin, kemudian di upload di medsos seakan akan dia sakti padahal “Alqur’an yang ia bacalah yang bermukjizat dan Allah lah yang Menyembuhkan”.
Seharusnya Para Roqi ketika mengani kasus Sihir, Gangguan Jin & Ain secara tertutup, tidak dipublikasikan ke medsos sehingga muncul opini “Ruqyah adalah kesurupan” sehingga orang akan enggan untuk berobat dengan Alqur’an karena takut “kesurupan”.
Sekali lagi, ini adalah kesalahan para Roqi (Tukang Suwuk) dalam mengenalkan Alqur’an.
Dakwahlah yang lembut, santun menyejukkan sebagaimana Ajaran Wali Songo. Jangan mengira Wali Songo tidak bisa Ruqyah, Auliya’ tidak sembrono dalam berdakwah
Semoga Dakwah Ruqyah Aswaja dapat diterima oleh masyarakat khususnya kaum Nahdliyin sebagai media dakwah dan semoga semua praktisi Jamiyyah Ruq mendapatkan kekuatan dan pertolongan Allah SWT.
Alqur’an Obat Pertama dan Utama bagi orang Yang Sakit
Jika orang Muslim sakit harusnya dia Berobat dulu dengan Alqur’an. Baru kalau memang belum disembuhkan Allah SWT maka ia boleh memaksimalkan kesembuhan dengan pergi ke Medis/Dokter/Rumah sakit.
Jadi Medis itu pengobatan Alternatif, sedangkan Alqur’an adalah Obat Utama dan pertama bagi orang yang sakit karena Alqur’an mengandung Syifa’ (Obat)
Sementara persepsi masyarakat selama ini terbalik, Al-Qur’an dijadikan obat ke sekian kali. Jadi ketika seseorang menderita penyakit, pertama kali dilakukan adalah berobat ke dokter, bahkan ke luar negeri tidak juga kunjung sembuh, maka larinya baru ke Al-Qur’an, sehingga Al-qur’an hanya dianggap pelarian ketika medis sudah tidak sanggup menyembuhkan. Ini sama saja dengan me nomorduakan Al-Qur’an sebagai Mukjizat Nabi Muhammad SAW.
Persepsi itu tidak sepenuhnya salah, akan tetapi akan lebih bagus lagi, jika ikhtiar penyembuhan ke dokter itu, disertai lagi dengan berobat dengan Al-Qur’an. Yang demikian itu efeknya akan lebih luar biasa.
Salah satu di antara sekian banyak mukjizat Al Qur’an yang sudah terbukti sejak diturunkannya hingga saat ini adalah bisa menjadi obat penyembuh.
Kemukjizatan Al Qur’an ditegaskan dalam firman Allah SWT:
وننَزِّلُ مِنَ القرآنِ مَا هُوَ شفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ، وَلاَ يَزيْدُ الظالِمِيْنَ إلاَّ خَساراً
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’: 82)