
JRA CILACAP ONLINE . Puasa Ramadhan dilakukan dengan cara menahan diri dari makan, minum, atau perkara yang membatalkan misalnya hubungan suami-istri pada siang hari. Meskipun demikian, umat Islam yang menjalankan puasa tidak “hanya” melakukan itu saja. Seorang muslim mesti waspada terhadap hal-hal yang merusak pahala puasa. Puasa memang bermakna menahan diri dari hal-hal yang membatalkan sejak terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenam matahari (waktu magrib). Namun, perlu diperhatikan sabda Nabi Muhammad SAW.
,كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)
Oleh karenanya, seorang muslim yang berpuasa mesti berhati-hati agar upayanya menahan diri sejak subuh hingga magrib tidak sia-sia. Secara umum, ia mesti mengendalikan hawa nafsu, lebih baik diam demi menghindari perkataan dan perbuatan yang percuma. Diriwayatkan dari Anas, Nabi Muhammad bersabda, “Ada lima perbuatan yang menghapus pahala puasa, yaitu berbohong, menggunjing, mengadu domba, bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat”.
Pertama, berdusta atau berbohong, menyampaikan informasi yang tidak berdasarkan fakta sesungguhnya.
Kedua, gibah atau menggunjing, atau perbuatan yang membicarakan keburukan orang lain. Nabi Muhammad menegaskan, gibah ini adalah “kau ceritakan hal tentang saudaramu, yang jika ia mendengar, maka ia tidak rela”. Terkait hal ini ada sabda Rasulullah bahwa,
Larangan berbohong saat berpuasa telah disebutkan dalam hadits berikut ini,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari ) Riwayat tersebut dapat dimaknai lebih jauh, agar seseorang yang berpuasa hendakya mengontrol diri, atau lebih banyak diam.
Ketiga, mengadu domba atau menciptakan perselisihan atau pertikaian dua pihak yang awalnya sepaham atau rukun. Mengadu domba ini adalah kelanjutan gibah dan fitnah di atas. Tindakan ini dalam tataran iseng atau sekadar kebiasaan saja sudah mengurangi pahala, apalagi jika tujuannya mencari keuntungan atau memanfaatkan situasi.
Keempat, memandang lawan jenis dengan syahwat. Puasa digunakan untuk mengontrol hawa nafsu. Oleh karenanya, akan disayangkan jika seseorang dalam situasi berpuasa, terus-menerus memandang sesuatu yang bisa membangkitkan hasrat.
Kelima atau terakhir yakni sumpah palsu. Ini meliputi ucapan atau keterangan saksi yang isinya tidak benar atau tidak sesuai fakta. Sumpah palsu ini berbahaya karena menguntungkan sebuah pihak dan merugikan pihak lain. Selain itu sumpah palsu akan berujung pada menangnya kezaliman dan tertutupnya kebenaran.
Semoga Puasa Kita selalu Di Jaga oleh Allah . ( Rohm/Mediacenter JRA Cilacap )